Industri tekstil Indonesia diperkirakan akan mencatat CAGR lebih dari 5% selama periode perkiraan. Mempercepat pertumbuhan ekspor adalah pendorong utama pasar. – Ketergantungan yang berlebihan pada bahan baku impor akan menjadi penghalang pasar.
New York, 12 Mei 2022 (GLOBE NEWSWIRE) – Reportlinker.com mengumumkan rilis laporan “Industri Tekstil Indonesia – Pertumbuhan, Tren, Dampak dan Prakiraan COVID-19 (2021 – 2026)”. https://www.reportlinker.com/p06067783/?utm_source=GNW
– Industri tekstil dan tekstil (DPT) didorong oleh pemerintah untuk berinovasi memenuhi kebutuhan sektor fashion dan diharapkan mampu menangkap peluang bisnis.
Tren pasar utama
Mempercepat pertumbuhan ekspor untuk mendorong pasar
– Indonesia juga termasuk dalam 10 besar negara penghasil tekstil di dunia. Negara ini adalah eksportir tekstil dan pakaian jadi terbesar ke-12 dengan tujuan ekspor utama termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Timur Tengah.
– Indonesia mempercepat strateginya dengan dunia Muslim untuk memanfaatkan pasar ekspor baru dan meningkatkan perdagangan di tengah tekanan menurun pada ketegangan perdagangan AS-China.
– Banyak negara mayoritas Muslim, dari Timur Tengah hingga Afrika, sekarang menjadi setengah dari perdagangan dan negosiasi Indonesia. Produk tekstil sekarang dikirim dalam jumlah besar ke negara-negara ini, yang memberikan dampak positif yang diperlukan pada pertumbuhan pasar.
– Menurut analisis Mortar, daya saing Indonesia di sektor tekstil semakin meningkat, yang menarik lebih banyak investasi karena perekonomian negara yang stabil.
– Pada tahun 2015, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) melaporkan bahwa 47 pabrik tekstil di Jawa Barat dan Pantone telah direlokasi dari Jawa Barat dan Ponten ke Jawa Tengah. Jawa Tengah masih menawarkan lingkungan produksi yang relatif murah.
– Selain itu, Australia dan Indonesia telah menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia. Industri tekstil Indonesia diharapkan mendapat keuntungan dari kesepakatan tersebut.
– Negara ini terutama mengimpor kapas dari AS, Australia dan Brasil, dengan kisaran antara US $ 300 hingga US $ 600 juta per tahun.
– Dengan demikian, faktor-faktor di atas menjadi pendorong industri tekstil di Indonesia.
Kain menonjol sebagai kategori terbesar
– Segmen kain sekitar 28%, berdasarkan volume, dan 40%, berdasarkan pendapatan.
– Seiring dengan peningkatan daya beli masyarakat, permintaan fashion baru, perluasan ritel internet dan bertambahnya saluran penjualan, permintaan pakaian dalam negeri juga meningkat.
– Teknologi Industri 4.0 dianggap sebagai komponen kunci dalam penciptaan pabrik pintar di industri pakaian Indonesia, dan sebagai bagian dari rencana untuk menciptakan lima besar produsen tekstil dan pakaian jadi pada tahun 2030, negara telah mengembangkan rencana yang ambisius untuk mendigitalkan industri.
– Creating Indonesia 4.0 mempromosikan industri pakaian yang sedang berkembang di negara ini untuk mengadopsi teknologi baru seperti realitas virtual, desain 3D, otomatisasi, dan IoT (Internet of Things).
– Faktor-faktor seperti ini meningkatkan permintaan pasar yang sedang dieksplorasi.
Medan kompetitif
Industri tekstil Indonesia sangat terfragmentasi dan memiliki banyak pemain lokal dan internasional di pasar. Pemain utama di pasar polikarbonat adalah B.T. Shri Rejekhi Isman D.P.K., B.D. Asia Pacific Fibers DBK, Indorama Corporation (BT Indo-Rama Synthetics DBK), BT Bon Brothers Tbk, dan PT. TPK Diffico Fiber Indonesia
Alasan untuk membeli laporan ini:
– Lembar Market Assessment (ME) dalam format Excel
– Dukungan Analis 3 bulan
Baca laporan lengkapnya: https://www.reportlinker.com/p06067783/?utm_source=GNW
Tentang Reportlinger
Reportlinger adalah solusi riset pasar pemenang penghargaan. Reportlinker menemukan dan mengatur data industri terbaru sehingga Anda bisa mendapatkan semua riset pasar yang Anda butuhkan – secara instan, semuanya di satu tempat.
__________________________
CONTACT: Clare: [email protected] US: (339)-368-6001 Intl: +1 339-368-6001